Indeks Manufaktur RI Turun Mei 2024, Ada Tanda Memburuk

Ekonomi & Makro
1
Adi Ahdiat 04/06/2024 17:24 WIB
Purchasing Manager's Index/PMI Manufaktur Indonesia (Januari 2020-Mei 2024)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Pertumbuhan industri pengolahan atau manufaktur Indonesia melambat sejak April sampai Mei 2024.

Hal ini terlihat dari Purchasing Manager's Index (PMI) yang dirilis perusahaan intelijen keuangan S&P Global.

(Baca: 10 Sektor Utama Penopang Ekonomi Indonesia pada 2023, Industri Pengolahan Terbesar)

Setiap bulan S&P Global menyurvei manajer dari ratusan sampel perusahaan manufaktur di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Variabel yang disurvei meliputi pertumbuhan volume produksi, pesanan ekspor dan domestik, jumlah tenaga kerja, jangka waktu pengiriman pasokan, serta stok bahan yang dibeli setiap perusahaan.

Hasil survei kemudian diolah menjadi skor berskala 0-100. Skor di bawah 50 mencerminkan adanya penurunan; skor 50 artinya stabil atau tidak ada perubahan; dan skor di atas 50 menunjukkan penguatan atau ekspansi dibanding bulan sebelumnya.

Pada Mei 2024 skor PMI manufaktur Indonesia berada di level 52,1. Meski masih masuk zona ekpansi, pertumbuhannya melemah seperti terlihat pada grafik.

Menurut Paul Smith, Economics Director S&P Global Market Intelligence, hal ini bukan pertanda baik.

"Meski pertumbuhan bertahan positif, terlihat tanda-tanda akan memburuk," kata Paul dalam siaran pers, Senin (3/6/2024).

"Tingkat pertumbuhan secara umum rendah, sementara kepercayaan diri turun ke posisi terendah selama lebih dari empat tahun. Tekanan biaya juga naik," lanjutnya.

S&P Global mengungkapkan, pesanan ekspor baru di industri manufaktur Indonesia turun selama tiga bulan berturut-turut, seiring perlambatan permintaan global.

Di tengah situasi ini mereka memprediksi penyerapan tenaga kerja manufaktur akan lebih ketat.

"Perusahaan mungkin berhati-hati terkait jumlah tenaga kerja, beberapa perusahaan memutuskan untuk tidak mengganti staf yang berhenti," kata tim S&P global.

"Secara umum, tingkat susunan staf menurun selama dua bulan berturut-turut meski hanya sedikit. Ketidakpastian tentang perkiraan mendatang juga membebani perekrutan," lanjutnya.

(Baca: 18 Ribu Karyawan Kena PHK sampai April 2024, Terbanyak di Banten)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua