Depresiasi Rupiah Meningkat, Namun Cukup Terjaga Dibandingkan dengan Mata Uang Lain
Pasar![1](https://cdn1.katadata.co.id/media/images/2021/12/29/2021_12_29-14_55_44_09378b4d2356621cadf5fa518a3d72f8.jpeg)
![databoks logo](https://cdn1.katadata.co.id/template/databoks_template_v2/images/rightbody.png)
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus terdepresiasi sejak The Fed menaikkan suku bunganya tahun ini. Kini, nilai tukar rupiah berada di level sekitar Rp15.000 per US$.
Meski begitu, pelemahan nilai tukar rupiah yang sebesar 5,1% sejak awal tahun (year-to-date) cukup terjaga dibandingkan dengan negara-negara di Asia. Yen Jepang bahkan mencatatkan pelemahan sebesar 18,8% (ytd).
Selanjutnya, baht Thailand melemah 10,5% (ytd), won Korea melemah 10,4% (ytd), dan peso Filipina 10% (ytd). Pelemahan ringgit India tercatat sebesar 7,3% (ytd).
Hanya dong Vietnam yang mencatatkan pelemahan yang lebih kecil dibandingkan Indonesia. Dong Vietnam melemah 2,5% (ytd) terhadap US$.
Sementara, negara-negara dengan ekonomi serupa Indonesia seperti Meksiko dan Brasil mencatatkan penguatan nilai tukar. Hal ini karena suku bunga kedua negara yang meningkat masing-masing 400 bps dan 225 bps sejak awal tahun.
(Baca: Euro Melemah ke Level Terendah dalam 2 Dekade Terakhir)